Muda dan sukses,Dia adalah I Wayan Rediyasa SE MTr.Par (45) kelahiran 17 April 1976 di Kayuputih, Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara.
Pria yang baru saja menyelesaikan pendidikan magisternya di Poltekpar Bali, sejak 1997 bekerja di beberapa restauran dan hotel di kawasan Sanur Denpasar, Seminyak, Legian, Kuta, Nusa Dua, Kabupaten Badung, sebagai juru masak (cook). Sesudah merasakan pengalaman bekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, pria ini tergerak mendirikan usaha sendiri di tahun 2002, karena melihat peluang bisnis pariwisata di Kuta sangat potensial.
Bisnis yang dibangun yakni restaurant yang diberi nama Bali Rahayu. Lokasi yang dipilih yakni Gang Popies I Kuta, yang sangat ramai hampir selama 24 jam. Waktu itu kedatangan wisatawan mancanegara dan Nusantara ke Bali masih deras-derasnya. Ketika itu ada 12 karyawan dipekerjakan di restaurannya. Menu masakan yang disajikan beragam, khas Indonesia, Eropa, dan China.
Namun demikian, rupanya dewi fortuna belum berpihak pada pria dua anak ini. Musibah kebakaran tiba-tiba menimpa Restauran Bali Rahayu miliknya. Itu terjadi di tahun 2008. Pemicunya waktu itu, mesin usaha laundry tetangga meledak gara-gara pemiliknya lupa mematikan. Kerugian yang dialami Rediyasa pun lumayan besar, berkisar Rp 500 juta. Semakin celaka, tempat usaha Rediyasa belum masuk program asuransi. Padahal telah banyak yang menawarkan ikut asuransi, tetapi ia mengaku belum tertarik. Akibatnya, modal yang ditanam dalam bisnis restauran tersebut, ludes.
“Karena musibah kebakaran itu telah mengakibatkan modal saya menjadi amblas. Akhirnya, saya harus memutar otak lagi, apa yang mesti dilakukan,” kata Rediyasa dalam percakapan dengan pewarta LenteraEsai.id (LE) Senin, 6 Desember 2021 di Kantor OTC Bali, Jalan Ahmad Yani Denpasar.
Setelah berpikir panjang, Rediyasa memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha restauran. Padahal bangunan yang terbakar sudah diperbaiki dan siap dioperasikan. Oleh pemilik bangunan ia diberikan perpanjangan waktu, tetapi malah dioperkontrakkan.
Tahun 2009 ia memutuskan bekerja di sebuah bisnis MLM, hanya setahun. Di sana ia belajar hidup, berpikir positif dan mengembangkan jaringan. Setelah itu, selama dua tahun (2009-2011) bekerja di kapal pesiar. Ia mendapat banyak pengalaman, ilmu bidang memasak dan pelatihan lainnya. Selayaknya mengikuti kuliah level diploma-1. Materi training berupa pengetahuan dasar dan menengah kejuruan memasak pada American Culinary Federation. Juga menyusun dua buku tentang memasak.
“Sepulang dari bekerja di kapal pesiar, seorang teman meminta saya mengajar di sebuah lembaga pelatihan pariwisata di kawasan Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Hanya berbekal pengalaman bekerja di kapal pesiar dan ilmu dari training. Empat tahun saya mengajar di lembaga itu, saya anggap cukup untuk mendirikan lembaga pelatihan pariwisata,” ucapnya, penuh semangat.
Bersama sejumlah temannya, pada 2014 Rediyasa merintis pelatihan tenaga pariwisata yang diberi nama OTC Bali. Terjun sebagai enterpreneurship. Membangun lembaga pelatihan,Modalnya adalah dari Penjualan Aset yang sebelumnya dibeli dari hasil usaha restaurant. Sebagian untuk modal usaha mendirikan Lembaga Pelatihan dan digunakan untuk Membeli rumah tempat tinggal di Kawasan Loka Cica, Abianbase, Mengwi Badung Bali. Kenapa Mendirikan Lembaga Pelatihan Pariwisata? Alasannya, selama bekerja di kapal pesiar, ia mengalami dan melihat kemampuan orang-orang Indonesia memiliki kelemahan di bidang Bahasa Inggris. Padahal, mereka mampu bekerja dan sangat rajin. Namun kelemahannaya dalam penguasaan Bahasa Inggris.
Sejumlah posisi atau jabatan strategis didapat orang lain di kapal pesiar, diketahui karena mereka menguasai Bahasa Inggris dengan baik. “Waktu itu saya berpikir dan berjanji, kalau ada dana saya akan membuat lembaga pelatihan pariwisata. Tujuannya, untuk mencetak SDM yang baik. Nantinya untuk tenaga di kapal pesiar yang mampu bersaing dengan tenaga dari negara-negara asing lainnya,” tutur Rediyasa.
Berbekal tekad seperti itu, akhirnya Oceana Training Canter (OTC) Bali Denpasar berhasil didirikan. Awalnya, menempati ruang di kawasan Jalan Jenderal Gatot Subroto (Gatsu) Barat, Kota Denpasar.
Seiring Perjalanan waktu dengan berbagai macam tantangan akhirnya Nama Lembaga Pelatihan dirubah menjadi Overseas Training Center (OTC) Bali dibawah naungan Badan Penyelenggara Pelatihan yaitu Yayasan Mada Werdi Utama. Pada Tahun 2016 OTC Bali Denpasar dipindahkan ke Jalan Kebo Iwa Utara karena alasan bahwa Aura Kawasan Lembaga pelatihan kurang bagus pada saat itu. Di Tahun 2017 pada bulan September berpisah dengan Tim pendiri karena perbedaan Visi dan Misi atau beda prinsif dimana Rediyasa selalu memperioritaskan Brand Image dibanding Profit Oriented. Sejak saat itu seluruh Fasilitas Lembaga pelatihan yang dimiliki sejak berdiri diambil alih oleh Pihak Tim lama sementara Rediyasa sepakat secara Sah di Notaris hanya mengambil Legalitas Lembaga Pelatihan OTC Bali. Dengan demikian dinyatakan secara Sah melalui Notaris bahwa Tim lama mengundurkan diri dari Legalitas Yayasan Mada Werdi Utama. Untuk melanjutkan Pengelolaan Unit Kegiatan Yayasan Mada Werdi Utama beruntung sekali I Wayan Rediyasa dipertemukan dengan seorang Partner yang telah pasang badan mendukung keputusannya yaitu I Gde Leo Sastra.
Beliau adalah seorang Praktisi Perhotelan dan Kapal Pesiar yang sebelumnya sudah memiliki pengalaman di Level Manajemen Kapal Pesiar terbesar di Dunia. Sehingga dengan bergabungnya I Gde Leo Sastra sebagai Tim Leader di OTC Bali dengan Jabatannya sebagai Corporate Director OTC Bali secara langsung merupakan Penentu Kebijakan bersama Rediyasa yang merupakan satu2nya Founder yang masih eksis pada Yayasan Mada Werdi Utama yang merupakan Badan Penyelenggara kegiatan OTC Bali. Selanjutnya antara I Gde Leo Sastra dan Rediyasa berkomitmen untuk membentuk kolaborasi yang solid sehingga sampai saat ini OTC Bali semakin berkembang pesat menjadi Lembaga Pelatihan yang dipercaya oleh masyarakat, Pemerintah, Agency Penempatan Kerja dan Dunia Usaha.
Ditegaskannya, terbukti dengan adaya patner baru (I Gde Leo Sastra), OTC Bali makin diminati masyarakat. Calon peserta didik yang sudah mendaftar untuk masa kuliah 2021-2022 sudah 1.000 orang lebih. Yakni untuk OTC Bali seluruhnya: Denpasar, Nusa Dua, Gianyar, Karangasem, Jembrana, Singaraja dan Lampung. Peserta Didik OTC Bali selalu meningkat bahkan pada masa Covid-19 di tahun 2020/2021 bisa mendapat jumlah 700 peserta didik, yang pada saat itu seluruh LPK/LKP di Bali sangat terdampak. Sedangkan di Tahun 2022 jumlah pendaftaran di OTC Bali mengalami peningkatan signifikan sampai melebihi 1000 peserta didik utk seluruh cabang OTC Bali. Bahkan di tahun 2023/2024 Jumlah Peserta didik OTC Bali hampir mencapai 2000 peserta didik.
Untuk instruktur, selain yang sudah dimiliki, OTC Bali juga mengambil dari industri yang aktif. Ke depan OTC akan dikembangkan ke seluruh Bali. Dalam waktu dekat ini akan dibuka di Kabupaten Klungkung. Juga kota-kota lainnya di luar Bali, seperti Bandung, Jakarta, NTT, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Di daerah itu sangat potensi kebutuhan tenaga pariwisata dan tenaga kapal pesiar.
Mengenai biaya, untuk di OTC Bali Denpasar, Nusa Dua dan Gianyar, biaya perkuliahan mencapai Rp 15 juta setahun. Sedang di kabupaten lain: Karangasem, Jembrana, Singaraja dan Lampung Rp 12,5 juta setahun, ujarnya.
“Kami juga terus menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga atau agency-agency di luar negeri, misalnya di Dubai, Doha, Taiwan, Jepang, Macau, Maldives, Austria, Australia, Amerika dan Kapal Pesiar Internasional. Tenaga terampil apa yang dibutuhkan industri pariwisata di negara-negara tersebut, kami siapkan dengan baik. Dengan demikian menjadi tepat guna. Dari lulusan di OTC Bali mayoritas berminat bekerja ke luar negeri. Bukan semata-mata berorientasi uang, melainkan melatih Bahasa Inggris dan mencari pengalaman kerja. Karena kalau nanti Bahasa Inggris mereka sudah lumayan bagus, akan lebih berpeluang mengisi posisi-posisi di perusahaan tempatnya bekerja. Termasuk bekerja di kapal pesiar,” kata Rediyasa, mengungkapkan.
Menurut Rediyasa, visi OTC Bali, antara lain supaya dikenal tidak saja di tingkat lokal Bali, tetapi juga di tingkat nasional bahkan internasional. Itulah sebabnya semua pihak yang terlibat sepakat membangun image positif, supaya dipercaya masyarakat, agency dan industri yang akan memanfaatkan sumberdaya manusia yang dihasilkan OTC Bali. Demikian pula agar tetap dipercaya pemerintah, sebagai pemberi legalitas. Selain itu juga memiliki visi dan misi Menjadi Lembaga Vokasional terbaik dan terpercaya ditingkat Global. Serta menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja pariwisata berbasis budaya.
Semua itu bisa terjadi hingga OTC Bali saat ini cukup diminati di masyarakat tidak terlepas dari Peran serta para SPM yang merupakan Pemilik OTC Bali sesuai Cabangnya dan juga Kepemimpinan Para Direktur yang sangat luar biasa di antara nya adalah I Gde Leo Sastra Direktur OTC Bali Gianyar beserta Jajarannya, Ngakan Putu Purwita Direktur OTC Bali Denpasar beserta Jajarannya, Kadek Budi Artayasa Direktur OTC Bali Singaraja beserta Jajarannya, Putu Wahyu Widiantara Direktur OTC Bali Jembrana beserta Jajarannya, Ida Bagus Kade Wisnawa Direktur OTC Bali Karangasem beserta jajarannya, I Nengah Puja Astawa Direktur OTC Bali Nusa Dua beserta jajarannya, Bambang Putrawan Direktur OTC Bali Klungkung beserta jajarannya, Budi Sarjono dan Wayan Okky Tison Direktur dan Wadir OTC Bali Lampung beserta Jajarannya, Riki Junianto Direktur OTC Bali Cilacap beserta jajarannya, Ibu Evie Direktur OTC Bali YPKP Bandung beserta jajarannya dan Juga Internships Koordinator, Marketing Manajer dan Kualiti Kontrol kita diantaranya adalah Ibu Ode Kusuma, Ibu Wawas Suhati, Ibu Maya dan Bp Wayan Arta Artana beserta tim pendukungnya sebagai staff IT maupun Administrasi, tentunya juga atas kegigihan I Wayan Rediyasa sebagai Penanggungjawab OTC Bali dalam mengembangkan Cabang-Cabang OTC Bali diseluruh wilayah NKRI.
Demikianlah rangkaian singkat tim hebat dibalik perkembangan OTC Bali.
(Sumber : lenteraesai.id dan update terkini)
No comments:
Post a Comment